08 September 2013 | By admin in Ekonomi JAKARTA — Menyusul
melemahnya nilai tukar rupiah pekan ini, yang menembus lebih dari Rp 10.300 per
dolar Amerika, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan hal itu terjadi
karena pengaruh global dan hal serupa juga terjadi pada negara-negara lain di
kawasan Asia seperti Jepang, Hong Kong, Thailand dan Singapura.
Penegasan presiden tersebut menanggapi pendapat beberapa pengamat yang mengatakan nilai tukar rupiah melemah akibat ketidakpastian kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Presiden menegaskan pemerintah beker jasama dengan Bank Indonesia terus berupaya menstabilkan nilai tukar rupiah.
Dalam anggaran negara 2013, pemerintah mengasumsikan nilai tukar rupiah sebesar Rp 9.300 per dollar Amerika.
Penegasan presiden tersebut menanggapi pendapat beberapa pengamat yang mengatakan nilai tukar rupiah melemah akibat ketidakpastian kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Presiden menegaskan pemerintah beker jasama dengan Bank Indonesia terus berupaya menstabilkan nilai tukar rupiah.
Dalam anggaran negara 2013, pemerintah mengasumsikan nilai tukar rupiah sebesar Rp 9.300 per dollar Amerika.
“Pemerintah, Bank
Indonesia, kemudian OJK, Otoritas Jasa Keuangan, dan juga LPS, Lembaga Penjamin
Simpanan, terus bekerja untuk mengelola dalam forum yang telah dibentuk di
negeri ini yang disebut dengan forum stabilitas sistem keuangan,” ujar
Presiden Yudhoyono di Istana Negara, Rabu (12/6).
Terkait kenaikan BBM,
Presiden mengatakan pemerintah tetap akan melakukannya dan memberikan bantuan
langsung sementara masyarakat (BLSM) untuk mereka yang kurang mampu.
Rencananya, rapat
paripurna Dewan Perwakilan Rakyat akan membahas kenaikan harga BBM bersubsidi
pada Senin 17 Juni 2013.
“Cara ini (BSLM)
bukan hanya terjadi di Indonesia tapi juga dilaksanakan oleh banyak negara di
dunia menyangkut anggaran untuk kompensasi atau bantuan dan proteksi sosial
bagi golongan tidak mampu,” ujar Presiden Yudhoyono.
Dalam kesempatan
berbeda, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Suryo Bambang Sulisto
mengatakan, melemahnya nilai tukar rupiah berdampak negatif pada kegiatan impor
karena pengusaha harus membayar dalam bentuk mata uang dolar Amerika.
“Jadi keprihatinan
kita kalau sampai rupiah ini terus melemah karena tentu ada dampaknya kepada
stabilitas impor ya,” ujarnya.
Analis dari kantor
sekuritas Valubury Asia, Nico Omer Jonckheere mengatakan, pengusaha merupakan
kelompok yang paling cepat terkena dampak akibat fluktuasi nilai tukar mata
uang.
Meski melemahnya
nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika berdampak negatif terhadap kegiatan
impor namun positif terhadap kegiatan ekspor, ujarnya.
Diakuinya, sulit
mengantisipasi fluktuasi nilai tukar mata uang karena dapat terjadi setiap saat
yang disebabkan oleh faktor global maupun dalam negeri.
“Orang
menginginkan mata uang itu kuat kan karena daya belinya masyarakat akan
naik, kalau pengusaha mengeluh ya itu percuma saja. Kalau melakukan bisnis
apalagi ekspor-impor tahu resikonya kan, memperhatikan fluktuasi mata uang,”
ujarnya.
Sumber:
http://www.baritoselatankab.go.id/2013/09/08/nilai-tukar-rupiah-melemah-karena-pengaruh-global/
Analisis :
Sangat disayangkan melemahnya rupiah
yang cukup ekstrim hingga menembus RP10.000 atau bahkan bisa mencapai RP 11.000
untuk satu dollar. Ketika ekonomi turun ada 2
hal yang terjadi pengangguran tinggi dan angka kriminalitas tinggi. Ketika
ekonomi jatuh ada 3 hal yang akan terjadi perampokan, pembunuhan dan
pemerkosaan. Untuk mencegah hal ini negara harus import barang makanan,
minuman, obat-obat dan peralatan medis. Import ini harus menggunakan alat tukar
yang diakui semua negara seperti emas, US dollar, dan Euro.
Hal
seperti ini tentu merugikan bangsa kita, perekonomian pun akan mendapat
pengaruh yang sangat besar atas peristiwa ini. Memang saat ini negeri kita sedang tidak pasti. Anjloknya nilai tukar Rupiah
terhadap Dollars ini tentu akan berimbas luas, tidak hanya kelas
pengusaha saja yang akan menanggung akibatnya, tapi juga khususnya untuk
masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar